Pengikut

Minggu, 15 Mei 2016

SMALISKA

JENIS : SARANA PENDIDIKAN
LOKASI : Jl. kyai mojo
KETERANGAN : Kali ini saya akan membahas bekas SMA saya , mengenai minat membuat tulisan jurnalistok. Mereka sedang dipersiapkan pihak sekolah untuk mengelola majalah sekolah. Yakni majalah cetak, majalah dinding, dan website sekolah. Pihak sekolah memberi perhatian serius terhadap pengembangan media sekolah. Mereka ingin para siswa bisa membuat majalah bagus yang bisa dibaca 1766 siswa (total siswa SMA Al Islam), orang tua murid, komite sekolah, dan masyarakat umum. Ini penting karena Al Islam tergolong sekolah terkenal di kawasan Krian dan sekitarnya. Saya sempat mengevaluasi tulisan berita peserta pelatihan yang hampir semuanya wanita. Laki-laki hanya dua orang. Seperti jurnalis pelajar umumnya, mereka kesulitan membuat berita yang agak panjang karena kurang bahan. Sumber yang diwawancarai tidak ada. Mereka hanya menulis berdasar observasi atau pengalaman langsung saja. Tapi saya juga terkejut membaca tulisan empat atau lima pelajar kelas satu dan dua SMA itu yang sangat bagus. Tulisan seorang siswi bahkan pressklaar alias nyaris tanpa cacat. Tak perlu diedit lagi karena ceritanya runtut, menarik, ada nuansa cerpennya, tak ada kesalahan ketik maupun ejaan. Gadis bernama Romi ini pun aktif bertanya. Dan pertanyaan-pertanyaannya sudah bukan lagi tingkat SMA melainkan mahasiswi jurnalistik, bahkan wartawan senior. Dia sangat peka bahasa sehingga bisa membedakan gaya penulisan di koran yang langsung, stright news, dengan majalah yang bergaya features. Berhadapan dengan pelajar-pelajar cerdas SMA Al Islam Krian ini membuat kita jadi terpacu untuk berpikir lebih keras. Tidak asal jawab karena jelas si pelajar itu sudah banyak membaca buku atau informasi di internet. Jawaban yang tidak nyambung hanya akan jadi bahan tertawaan anak-anak muda generasi internet itu. Saya membayangkan para guru dan dosen saat ini kelimpungan jika menghadapi anak-anak muda kritis dan cerdas ala si Romi di Krian itu. Guru saat ini harus lebih rendah hati, tidak sok tahu, karena bisa saja peserta didiknya sudah banyak tahu. 

1 komentar: