Pengikut

Senin, 09 Mei 2016

SEJARAH KAMPOENG SEPATU

JENIS : Indusri kreatif

LOKASI : Jl. Raya Kemasan, No. 4,

KETERANGAN : Sepatu dan sandal adalah salah satu pelindung tubuh manusia, khususnya bagian kaki dari sengatan sinar mata hari, dan air, disamping itu si pemakai akan terlindung dari benda benda yang membahayakan pada saat berjalan. Tempo dulu manusia cukup beralasan karet atau kulit pohon yang dirancang sedemikian rupa untuk melindungi alas kaki dan permukaan kaki. Seiring dengan berjalannya waktu dan jaman, manusia mulai memikirkan, memakai sepatu atau sandal tidak hanya sekedar untuk melindungi dari panas, hujan atau benda benda tajam, tetapi sudah mulai memikirkan keindahan. Dengan memakai sepatu atau sandal, pria atau wanita semakin tampak cantik atau ganteng dan tampak fashionable. Perkembangan selera itu, cukup disadari oleh para pengrajin sepatu, para pengusaha sepatu atau sandal. Mereka berlomba menciptakan desain sepatu atau sandal dengan menggunakan bahan yang berkualitas bagus serta looking fashionable. Demikian juga dengan para pengrajin sepatu di Sidoarjo, yang sudah merintis usaha tersebut sejak tahun 1915. Keberadaan serta bermunculannya para pengrajin di Kabupaten / Kota lain memacu mereka untuk terus melakukan perbaikan mutu kualitas produk, termasuk desain sepatu / sandal itu sendiri, karena ketertarikan konsumen pada awalnya bertumpu pada bentuk, model serta kenyamanannya untuk dipakai. Bermunculannya produk cina yang begitu merajai pasar dunia, membuat para pengrajin sepatu di Krian Sidoarjo terus melakukan upaya upaya strategi pemasaran. Pengrajin sepatu krian Sidoarjo siap untuk bersaing dengan pengrajin dari Cibaduyut Bandung, Tajur Bogor dan Mojokerto Jawa Timur. Keuletan serta ketekunan para pengrajin yang telah dirintis sejak tahun 1915, merupakan modal dasar yang tidak dapat dianggap enteng. Cikal bakal pengrajin sepatu di Mojosantren Kemasan Krian tersebut, dimulai dari seorang laki laki muda bernama Talkah , mengawali membuat sepatu dari bahan yang sangat sederhana. Menggunakan lem dari tepung kanji dicampur dengan air, dikocok dalam bambu. Dirasakan lem tersebut kurang kuat, maka dibuatlah lem dari kertas crepe dicampur dengan bensin yang dicuri dari mobil Belanda. Menggunakan sujen ( bambu yang digunakan untuk menusuk daging sate) , khusus untuk sepatu tinggi, sedang ujung sepatu digunakan paku jeruk , yang diambil dari sepatu Belanda. Seiring dengan dengan perkembangan jaman, para pengrajin mulai mengikuti pelatihan yang diadakan pemerintah maupun pihak swasta. Keberadaan IFSC ( international Foot Shoes Center ) yang berlokasi di Tanggulangin Sidoarjo cukup berperanan dalam meningkatkan ketrampilan para pengrajin sepatu. Paling tidak mereka mampu bersaing dalam kualitas produk. Jiwa entrepreneur yang telah teruji sejak tahun 1915, para pengrajin sepatu Mojosantren Kemasan Krian siap bersaing dengan pengrajin pengrajin lain, baik ditingkat lokal, regional maupun internasional. 

1 komentar: