Kerajinan pot bunga yang dijadikan satu dalam sebuah tempat ternyata semakin menarik hingga membentuk seperti perkampungan. Bukan saling bersaing, namun saling mengisi dan membantu jika ada salah satu yang kesulitan. Ya, kerajinan pot bunga, di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo adalah lokasi wisata unik yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Kita seperti sedang memasuki perkampungan taman hijau yang asri sebab para pengrajin memajang aneka macam tanaman hias, pot bunga hingga beragam model taman pancuran sebagai etalase produk mereka. Harganya? Pastinya relatif murah. Untuk satu set pancuran taman, harganya sekitar Rp 1 jutaan, ungkap Arif saat ditemui Ayogitabisa.com sedang membuat pancuran untuk taman. Selain aneka pot bunga dan pancuran, Kampung Pot Bunga juga menyediakan aneka macam aksesoris taman. Selalu mengikuti tren menjadi prinsip yang dianut para pengrajin. Hingga pot bunga yang dipajang ratusan model, ukuran dan warnanya. Camat Balongbendo, Dra. Agustin Iriani mengatakan bahwa total penduduk yang bekerja sebagai perajin pot mencapai 70 persen dari 6.654 orang penduduk desa. Atau lebih dari 4650 orang terlibat dalam bisnis pot bunga dan hiasan taman. Camat perempuan itu mengungkapkan industri kerajinan pot di Desa Kemangsen sudah ada sejak puluhan tahun. Bisnis itu makin berkembang saat Indonesia dilanda krisis ekonomi karena perpindahan kekuasaan pada tahun 1998. Saat ini ada 30 pemilik usaha besar pot bunga di sana. Masing-masing pengusaha itu juga ternyata menyebarkan pabrik pembuatan pot dan hiasan taman di desa dan kecamatan lain di Sidoarjo. Agustin memperkirakan produk Desa Kemasen bisa mencapai 3.000 pot dan hiasan taman per hari. Hiasan taman yang dimaksud adalah air mancur dan bermacam-macam bentuk patung. Namun, usaha pertama tetap pot bunga. Tren pot bunga yang sedang laris saat ini adalah pot dari semen yang diolah dan dibentuk menyerupai batu abu-abu. "Hasil kerajinan kami sudah dikirim ke kota-kota di sekitar Sidoarjo hingga luar Jawa. Misalnya, Bali dan Sulawesi. Satu home industri minimal menghasilkan 100 pot," ujarnya. Dia menghitung omzet bisnis pot dan hiasan taman di desa itu sudah mencapai Rp 40 juta-Rp 50 juta per hari. Jumlah tersebut bisa lebih tinggi, bergantung pesanan. Namun yang penting, menurut dia, bisnis ini bisa membawa berkah memutar roda perekonomian desa karena melibatkan pekerja dari mulai anak-anak sekolah hingga ibu rumah tangga. Tak jarang kita akan temui, anak-anak sekolah SD sampai SMA yang baru pulang sekolah masih berseragam langsung membantu untuk menggosok pot ataupun membuat arsiran. Begitu juga ibu-ibu rumah tangga. Setelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga, ke ba nyak an di antara mereka juga menyambi kerja sebagai kuli gosok. Berkembangnya industri pot itu, jelas Agustin, berhasil mengurangi angka pengangguran di Desa Kemangsen. Paling tidak, pengangguran di desa tersebut berkurang 30 persen. Dulu, sebelum usaha ini berkembang, banyak penduduk yang nganggur lari ke kota untuk mencari-cari pekerjaan. Tapi, sekarang mereka bisa ikut orang yang punya usaha kerajinan pot. Jika sudah mahir dan punya modal, biasanya mereka buka usaha sendiri. Ada satu tips penting bagi Anda yang ingin memborong pot dan hiasan taman di Desa Kemangsen. Datanglah berbelanja pada hari Sabtu. Karena pada hari itu biasanya para pengrajin mengobral harga pot bunga, tanaman, atau pancuran karena mereka membutuhkan uang untuk membayar mengaji karyawan yang dibayar mingguan.
Sangat mengispirasi min
BalasHapusgagal fokus saya dengan kalimat terakhir sendiri , memang benar adanya apabila saat hari sabtu , hari dimana kebanyakan pengusaha untuk menggaji karyawannya . namun kurang benar adanya apabila hari sabtu "membutuhkan uang untuk menggaji karyawan"
BalasHapussekedar menginformasikan untuk setiap produsen pot di kampung pot bunga kemangsen mempunyai keunikan dan harga yang berbeda-beda .selagi anda bertemu dengan produsen yang benar dan dapat mendapatkan hatinya (perihal harga) maka harga murah sudah pasti akan anda dapatkan
terus berkarya ya .....